Sayang,
Tak perlu kau ungkapkan kata cinta untuk menyakinkan setiap apa apa pun rasamu. Aku sudah cukup rasa yakin bahwa hatimu itu sudah terisi dengan setiap rasa ketulusan.
Sayang,
Aku diantara jutaan lelaki yang punyai harapan menjadi suami mu. Apalagi kau dilahirkan dari rahim seorang wanita yang gagah dalam berjuang untuk hidup seperti sekarang.
Aku merasai penderitaannya detik ini. Terpaksa jauh dari berkasih bersama papamu. Terpaksa menyimpan rasa rindu dalam laci hatinya seakan sendu.
Sesekali, dilepaskan hangat rindunya ditalifon. Kadang-kadang, dihempaskan rindunya melalui tiket kapal terbang yang membawa dia sejuta kebahagiaan pada bahu suaminya.
Sayang,
Ibumu cantik, persis hatinya. Wanita yang kaya dengan cinta, sepertimana yang diceritain oleh ibumu padaku tentang satu kisah bulan malam.
Bagaimana bulan itu menjadi saksi cinta ibu dan papamu saat muda mereka, hingga diterbangkan khayal penyatuan abadi cintanya sekarang. Betapa ia menjadi simbolik atau lambang cinta agung mereka hingga kini, bersaksikan bulan malam.
Sayang,
Ibumu romantis. Dikirim lagu-lagu indah buat papamu yang jauh harus bertugas dari Medan. Ditulis pada wall facebooknya tentang rindu seorang penagih kasih, dan dikirim bunga diatas meja kantor saat papamu menyambut ulang tahun.
Kalau sudah ada sifat setia yang ada pada ibumu, berjuta tahun sekali pun dunia ini berjalan, tak akan merubah sifat seperti mana yang diukir Tuhan dari ketulan zarah, hingga membentuk seorang manusia sepertimana ibumu.
Sayang,
Percintaan itu indah. Lebih indah sesulit jalannya.
Sayang,
Aku tahu memilikimu bukan hal yang mudah. Apalagi sekarang kita harus melalui penantian yang lama. Perjuangan pancaroba dan juga ranjau yang bagai lautan. Entah kapan datang ombak besar yang gila memukul kita itu, tak ubah seperti teka-teki yang selalu datang dengan misteri. Itulah hidup.
Sesekali kita dipukul ombak tanpa kita tahu harus dimana tangan ini memegang puncanya. Sesekali hati kita hujan hanya kerana rasa cemburu yang berat dan buta, atau apa pun ranjau bersamamu, itu tidak mudah.
Sepertimana yang kau bilang kepadaku tempoh hari. Cintamu yang kau serah itu adalah kerana aku ini AKU, dan ungkapan dari aku itu juga sama. Cinta ini ada kerana kau itu adalah KAU, maka itu kita bersama sekarang.
Sayang,
Kita bina mahligai singgah sana pelan-pelan untuk kita. Kita dirikan mahligai ini dengan iman dan cinta. Maka ruang dalamnya adalah kerinduan untuk tetap rasa ingin membangun dan membina.
Bila setiap niat kita itu ikhlas dalam mendirikan satu masjid indah buat kita, Tuhan itu sering jadi jambatan penyambungnya. Aku yakin sekali dengan itu.
Aku percaya akan ajaiban doa buat ilahi. Memohon hanya dengan keikhlasan sejujurnya dalam hati kita. Meminta hanya pada jalannya. Aku optimis bahwa manusia itu adalah mahluk yang digerakkan Tuhan punyai hati nuraninya.
Biarpun dilafaz berapa tahun pun penantian, biarpun susah bagaimana pun jalan menuju ke mahligainya, optimisnya aku itu, hanya doa pelembut untuk setiap hati dan pemudah buat setiap jalan yang kita harungi.
Sayang,
Tiap waktuku tidak pernah putus untuk mohon agar dikirim aku seorang bidadari dari syurga-nya. Aku tidak pernah putus doa agar diberdirikan seorang yang tulus hatinya turun ke dunia untuk hidup berjuang bersamaku.
Hidup tidak mudah dengan mengharugi segala macam hanya dengan satu jiwa. Lalu, aku pupuk dan tanam ke jiwaku sekarang bahwa dia sudah berteman seperti mana lafaz dirimu malam itu;
"Disebelahmu kini, ada jiwa yang hidup. Bukan lagi laptop yang tidak bernyawa"
Sayang,
Aku percaya dan yakin dengan setiap ketentuannya.
Akhirnya, Tuhan temukan dirimu dari jutaan orang didunia ini buatku. Bidadari yang turun dari syurga melalui doa-doa yang aku kirim tiap waktuku.
Aku bersyukur menemuimu dalam kesesatan aku bertemu banyak orang. Seperti yang selalu aku bilang, matamu sudah cukup khabarkan apa pun rasamu.
Sayang,
Ketulusan itu adalah hal yang paling sulit untuk kita peroleh. Rambut mungkin sama hitam, tapi jarang selari dengan hati. Wanita yang berjilbab, tidak semua hatinya sesopan dengan pemakaiannya. Apalagi sekarang ini dunia bergerak laju yang aku sendiri tidak tahu destinasinya itu berhenti dimana? Tapi tujuan hidup, tetap sama. Berjuang.
Sayang,
Andai diizin Tuhan aku menjadi seorang lelaki penjaga amanahnya untuk memeliharamu, akan aku peliharamu dengan iman dan cinta. Kerna zahirnya perempuan itu, cukup hanya kasih, perhatian dan setia.
Sayang,
Tidak ada yang lain selain aku minta itu adalah doa buat kita. Aku mahu kau dan aku mohon agar Tuhan kasihankan kita untuk berjuang didunia dan juga diakhirat nanti bersama-sama.
Agar disempurnakan hidup itu: berpasangan. Dan pasangan hidup aku itu, adalah dirimu. Zuriat dari ibumu yang tulus hatinya.
Sayang,
Berdoalah.
Doa buat kita.
Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone
No comments:
Post a Comment