akan ada seseorang yang akan menyampaikan rasa sepertimana rasa yang aku sendiri tak tahu harus ditumpahkan bagaimana riaksinya.
--BSA
"Kadang-kadang kita perlu rehat untuk ketepikan ego yang selalu didik kita untuk berjauhan. Kita tidak dinilai melalui emosi, tetap cara bagaimana kita menghadapi situasi.." --BSA
TERKINI DI JOHOR BAHARU!!! : buku saya berjiran dengan Zine LUDAH BISU karya tulisan pembaca BSA sendiri iaitu Meera Suhaimi & Nadziha Zakaria. Dan sebelah kiri, MELLENI etc. Jemput ke Danga Bay Marina Club untuk Writers N Readers Festivel! Terus ke booth BijiPress! Borong semua buku PATAH!!!
Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
"Murahkan hati dalam menghargai hati wanita. Lelaki kadang2 perlu diingatkan, wanita itu anugerah..." --BSA
Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
"Nak tahu langkah pertama kegagalan?
Kita nak bercinta pada pandangan suka kita. Itu!
Dan perasaan manusia berubah-ubah kan?
Bila? Bila dia dah Jemu dengan kita.
Bila? Bila kita rasa dia bukan sepertimana mahu kita.
Sebab tu Tuhan suruh, bercinta lepas nikah. Sebab apa? Sebab itu jalan yang Tuhan siapkan.
Tuhan sambungan jambatan dua hati. Tuhan siapkan lampu jalan, Tuhan bersihkan kotoran, tak ada debu.."
"Bangun, lalu cantumkan satu per satu," begitulah garis besar dari kelima puluh dua judul yang terangkum dalam Patah. Buku ini merupakan karya perdana penulis blog yang menamakan dirinya BSA [Bicara Sama Awan-red]. Seorang pria yang pernah bermimpi membagikan potongan-potongan hatinya untuk dinikmati siapapun pembacanya. Terkadang manusia merasa sudah tegar dengan apa yang berhasil ia lewati dari keterpurukan. Namun, persoalan hati kemungkinan dialami setiap tubuh yang berperasaan.
Usaha Kiki Grindawangsa akhirnya terbayar lewat judul-judul yang sengaja ia pikirkan untuk kembali dirasakan semua orang. Perjalanan hidup yang dinikmati dengan mata, hati, dan telinga. Kedua tangan Kiki yang tak pernah lelah berbuah manis di mata pembacanya. "Plastik Jingga" diplot sebagai awalan di buku ini membuat pembaca tertunduk pada kstaria yang kehilangan separuh jiwanya. Wanita ditakdirkan untuk lebih sabar dari sekadar patah hati, sementara lelaki menjerit ketika semua terkubur dalam ketiadaan. Entah apa rasanya jika mulut pria menangis, "Pergilah, Aku Tetap Di Sini" seakan menahan pikiran terpanjang Kiki agar tetap bertahan. Setelah melompat dari kecurangan, ia pun menutup kepahitannya dengan kepasrahan. Patah mengurai pribadi yang murah senyum, bahagia bersama pembacanya. Masih perlu waktu untuk menerterjemahkan kisah lainnya, semoga di buku mendatang. <pohan